Grave of the Fireflies(versi jepang : Hotaru no Haka)merupakan sebuah film animasi yang dirilis pada tahun 1988. Latar dari Grave of The Fireflies adalah saat perang dunia 2 berlangsung, yaitu saat Amerika menyerang Jepang. Grave of The Fireflies menceritakan tentang seorang gadis kecil dan kakaknya yang harus bertahan hidup setelah kematian ibunya karena terkena bom dan ayahnya yang menghilang tiada kabar. Sang kakak (Seita) tidak langsung memberitahu adiknya (Setsuko) tentang kematian sang ibu.
Cerita dimulai dari tokoh utama, Seita yang terbaring di pinggiran stasiun kereta api dalam keadaan yang menyedihkan. Ia kemudian mati sambil memegang kaleng bekas permen buah. Petugas stasiun yang sudah terbiasa menemukan dan ‘membersihkan’ para gelandangan yang mati di sekitar stasiun menemukan kaleng permen buah berisi abu di tubuh Seita, lalu membuangnya ke rerumputan. Dari kaleng tersebut, muncullah banyak kunang-kunang, lalu seorang gadis kecil muncul, hendak menghampiri tubuh kakaknya yang tergeletak kaku di stasiun. Suatu hari, serangan udara dari Amerika datang, jadi semua penduduk disuruh mengungsi sementara ke tempat perlindungan. Seita beres-beres dulu, ngumpetin semua bahan makanan dan lainnya ke dalam tanah, sementara ibunya pergi duluan ke tempat perlindungan. Setsuko yang tadinya mau diajak, ngambek dan bilang dia mau pergi sama kakaknya aja, jadi akhirnya, ibunya pergi sendiri.
Ketika Setsuko dan Seita nyampe di tempat perlindungan, tetangganya ada yang nyamperin dan ngajak ngomong Seita berdua doang. Ternyata ibunya kena serangan, dan pas dikasih liat kondisinya… sudah tinggal menunggu ajal, sudah nggak bisa ketolong lagi. Akhirnya Seita nunggu di tempat perlindungan itu sampai ibunya meninggal, baru kemudian dia sama Setsuko pergi ke tempat bibinya.
Kehidupan mereka semakin hari semakin memburuk. Selain karena serangan udara yang terus-menerus melanda, perlakuan bibi mereka juga turut membuat hidup mereka menjadi semakin suram. Perlahan bibi mereka memperlihatkan rasa ketidaksukaannya, dan mulai menyindir Seiko dan Setsuko. Bibi mereka mengganggap bahwa Seiko dan Setsuko hanya menjadi beban di kehidupan keluarganya. Tidak tahan dengan sindiran itu, mereka memutuskan untuk pergi dari rumah bibinya tersebut.
Awal-awal, hidup mereka enak, ibunya ternyata ninggalin sekitar 7000 yen di bank, dan uang itu dipake sama Seita untuk ngebeli barang kebutuhan sehari-hari. Dua kakak beradik itu hidupnya senang-senang doang, main-main di pinggir sungai, dan melakukan kegiatan lain yang menurut saya agak aneh.
Di akhir cerita, Seita dan Setsuko duduk di atas bangku kayu. Seita mengatakan “Setsuko, sekarang saatnya untuk tidur.” Setsuko tersenyum, lalu merebahkan kepalanya di atas pangkuan Seita dan tidur dalam damai. Sementara Seita menatap ke arah rumahnya dulu yang sekarang telah berubah menjadi bangunan pencakar langit yang berkilauan.